Thursday, April 14, 2016

Isi Khutbah

Sepanjang usianya, manusia adalah makhluk yang penuh derita. Manusia selalu diliputi oleh berbagai masalah. Masalah yang melingkupi manusia terus menerus hadir seolah tanpa henti. Hilang masalah yang satu, muncul masalah yang lainnya. Selesai satu masalah, datang masalah berikutnya. Hidup manusia dari detik-ke detik dan dari setiap jengkal langkahnya melulu diliputi masalah. Masalah itu adalah segala beban; beban pikiran, beban perasaan, beban pekerjaan ataupun beban musibah. Demikian barangkali yang disinggung oleh ahli hikmah ternama Ibnu Atha ‘illah al-Iskandari : “Jangan merasa aman dengan terjadinya penderitaan-penderitaan selama kau masih hidup di dunia ini Karena dunia hanya menampakan apa yang mesti ditampakannya.”

Kesenangan di dunia memang kadang muncul, namun itu tidaklah berlangsung lama, seringkali hanya sesaat saja, seketika hilang, berganti kembali dengan hidup dibalut derita. Ibnu Mas’ud r.a berkata : “dunia ini adalah penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan.”
Takdir Hidup adalah luka, kapan dan dimana saja siap menyandera manusia dalam duka nestapa. Dan sungguh memang kebahagiaan di dunia ini tak akan pernah ada. Maka tidaklah berlebihan apabila Imam Ja’far As-Shodiq menilai kesenangan dunia memang tidak pernah tercipta. “siapa yang mencari apa yang belum diciptakan berarti menyiksa dirinya sendiri karena ia mencari sesuatu yang tak pernah didapatkannya.” Ia lalu di tanya, “ apa gerangan yang tidak akan pernah di dapatkannya itu?” Ia menjawab, “kenyamanan di dunia”.

Jamaah Sholat Jum’at yang di rahmati Allah
Lalu apa yang dicari manusia hidup di dunia jika memang kesenangan itu tidak ada?
Agama hadir untuk menuntun dan membimbing manusia. Agama menawarkan kehidupan akhirat lebih baik dari pada kehidupan dunia sekarang ini. Agama menjanjikan kebahagiaan akhirat adalah kekal selamanya. Namun untuk menggapai kebahagiaan akhirat yang kekal abadi itu, tidaklah mudah. Manusia secara hakiki harus melewati dan mengarungi kesulitan yang menghadangnya.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُ

“Apakah kalian mengira akan begitu saja masuk surga, padahal belum datang kepada kalian cobaan-cobaan seperti (yang menimpa) orang-orang sebelum kalian? Mereka tertimpa kesengsaraan, kesempitan dan diguncang (oleh cobaan-cobaan), hingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya, ‘kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ketahuilah, sesungguhnya (setelah semua cobaan) pertolongan Allah sudah dekat.” (Al-baqarah 214)

Sungguh nilai surga tidaklah murah dan mudah di dapat begitu saja, segenap jiwa raga ini akan menjadi tebusannya. Itu berarti, kesusahan dan kesulitaan yang menimpa raga ini niscaya akan menyertainya.
إنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ 

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka..” (QS : at Taubah : 111)

Jiwa raga manusia telah tergadai untuk satu kebahagiaan surga. Tidak ada yang bisa dijadikan tebusan kecuali amal kebaikan segenap jiwa raga sampai ajal tiba.

Jamaah sholat jumat yang berbahagia
Agama memang tidak menafikan dunia dengan segala isinya, kenikmatan dan kesengan di dalamnya. Namun dunia dipandang hanya sebagai perantara yang menghantarkan manusia kepada tujuan sebenarnya yaitu kehidupan akhirat yang kekal. Selebihnya dunia hanya kesenangan dan permainan dan dunia sungguh menipu.

Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)

Bahkan diumpamakan dalam satu hadits Rasulullah Saw. bahwa dunia itu lebih rendah dan hina dari pada seonggok bangkai.

Dan apabila dunia digambarkan begitu rendah dan hinanya, maka apalah artinya penderitaan dan kesulitan yang kita alami dalam kehidupan ini kalaulah itu memang jalan yang niscaya menuju dan yang Allah ridhai. Dan sebaliknya, apalah gunanya kehidupan dunia dengan segala kenikmatan dan kesenangannya kalau akan menjerumuskan kita ke jurang siksa neraka.

Lalu apa hakikat kebahagiaan di dunia saat ini?
Kebahagiaan sejati bagi manusia beriman dan bertaqwa adalah saat mereka mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah swt, Allah berirman :

أَلآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ لاَتَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. 10:64)

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube