Saturday, July 25, 2015

Ikhlas Menjadi Hamba Allah

Posted by KHUTBAH | 9:45 PM Categories: , , , , ,
Isi Khutbah

Dikisahkan pada hari akhir nanti: ada catatan amal yang kecil yang dibawa oleh malaikat dengan hati yang gundah. Allah tersenyum, “meskipun kecil, yang kecil itu untuk-Ku.” Sementara ada malaikat yang membawa catatan amal yang besar, tetapi ketika sampai dihadapan Allah, amal itu ditolak. “meskipun sebesar gunung, amal itu bukan untuk-Ku jangan minta pahala pada-Ku”.

Dari kisah tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi syarat diterimanya perbuatan adalah ketika perbuatan itu beramakna bagi Allah bukan bagi manusia. Dengan kata lain suatu perbuatan harus didasari dengan keikhlasan karena Allah. Perbuatan Ikhlas karena Allah adalah perbuatan yang murni yang bebas dari motifasi, pengaruh, dan faktor-faktor yang selainNya. Al-Gazali mengumpamakan ikhlas itu adalah sesuatu yang murni, bersih dari campuran yang mencemarinya. Seperti susu yang murni dan bersih dapat diminum dan berguna bagi kesehatan badan meskipun asal susu tersebut berada diantara tahi dan darah dalam perut hewan.
 وَإِنَّ لَكُمْ فِي اْلأَنعَامِ لَعِبْرَةً نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهِ مِن بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَآئِغًا لِلشَّارِبِينَ
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. (QS. 16:66)

Itulah perumpamaan ikhlas, kemurniannya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan meskipun keberadaannya dikelilinggi oleh kotoran dan najis yang sangat dekat dan sangat memungkinkan untuk tercemar. Keikhlasan meskipun dari amal yang kecil akan membawa rahmat bagi pelakunya dibanding dengan amal sebesar gunung tapi tidak ikhlas tentunya akan membawa bencana.

Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Ketika ikhlas menjadi syarat diterimanya amal perbuatan, maka  tidak ada upaya lain yang harus kita lakukan selain bersungguh-sungguh dalam memasrahkan setiap perbuatan kita karena dan untuk Allah Swt. Demikian Allah perintahkan kita dalam firmanNya:  
وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya. (QS. 98:5)

Ayat tersebut diatas menjadi landasan agar kita selalu ikhlas dari setiap amal perbuatan yang kita kerjakan. Hal mana yang akan menghantarkan kita menjadi hamba Allah yang sejati - martabat tertinggi manusia dihadapan Allah. Hamba Allah sejati, saat si Hamba tidak menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamai hamba tidak memiliki sesuatu. Demikian Imam Ja’far Shodiq sebagaimana dikutip oleh Muhammad Al-Ghazali (M.Quraish Shihab).

Sikap sebagai hamba Allah sejati-yang berupaya mendasari amal hanya untuk Allah semata tergambar dalam ikrar yang diucapkan minimal 17 kali sehari dalam sholat pada setiap ungkapan iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya kepadaMu lah kami mengabdi dan hanya keepadaMu lah kami memohon pertolongan). Ketika seorang menyatakan iyyaka na’budu, maka ketika itu tidak sesuatu apapun, baik dalam diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya kecuali telah dijadikan milik Allah (M.Quraish Shihab). Keikhlasan menjadi hamba Allah berarti menyerahkan dan memasrahkan diri ini kepada Allah.

Ikhlas sebagai hamba Allah menjadikan agama berjalan sesuai dengan makna sejatinya. Amal yang ikhlas karena Allah menjadikan agama menemukan otentisitas spiritnya. Amal itu seumpama jasad, sedangkan keikhlasan adalah ruhnya. Demikian Ibnu Atha’illah dalam salah satu butiran hikmahnya. Jasad tanpa ruh, maka menjadilah ia sesuatu yang mati. Amal tanpa keikhlasan, maka apalah arti. Ikhlas berarti mengembalikan agama pada tempatnya yang agung dan suci. أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ “ingatlah hanya kepunyaan Allah agama yang bersih (azzumar:3)

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah

Lalu apa yang bisa atau menjadi ukuran keikhlasan? Tidak ada yang bisa mengukurnya dan tidak ada alat untuk mengukurnya. Ikhlas adalah rahasia Allah. Nabi Saw. bersabda bahwa Allah ta’ala berkata, “ikhlas itu salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan dalam hati hamba-Ku yang aku cintai.

Ikhlas bukan untuk diakui apalagi diproklamirkan. Patut dipertanyakan sesorang yang terbiasa mengungkapkan kata ikhlas untuk setiap perbuatannya. Bahkan seseorang yang berbuat kebaikan kemudian terbersit dalam hatinya bahwa dia sudah ikhlas mengerjakannya, orang tersebut belumlah ikhlas. Syekh Sufi As-Susiy berkata, “ikhlas itu ialah ketiadaan melihat ikhlas. Karena barang siapa melihat keikhlasan di dalam keikhlasan, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.”

Demikianlah nilai keikhlasan, tidak untuk terbersit dalam pikiran, tidak juga dirasakan oleh hati, apalagi sampai terucapkan lisan. Ikhlas adalah rahasia Allah, ikhlas milik Allah, karena dia memang hanya untuk Allah tanpa harus kita menyadarinya. Beramalah menurut kata hati sesuai petunjuk-petunjuk kebenaran ilahi tanpa harus mengharapkan balasannya, berharaplah akan keridhaanNya.

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah

Bagai murninya susu yang tidak tercampur oleh kotoran dan darah, seorang seorang yang ikhlas atau mukhlis akan aman dari dorongan nafsu yang akan memperdayakan. Dikatakan kepada Sahl,”manakah yang paling berat terhadap nafsu?”Sahl menjawab, “Ikhlas, karena ia-nafsu- tidak punya bagian dalam ikhlas.” Ia berkata pula, “keikhlasan adalah tenangnya manusia dan gerak-geriknya karena Allah Ta’ala semata.” Keikhlasan tidak akan mungkin tercampur oleh nafsu. Bagaimana mungkin ia tercampur nafsu, karena ikhlas itu sendiri artinya murni dan Allah bebaskan orang mukhlish dari kedua sifat syirik dan riya, demikian kata Al-Fudhail.

Maka syetanpun menyerah tanpa syarat ketika harus berhadapan para mukhlisin. Sikap syetan ini ditegaskan sejak awal pembangkangannya terhadap Allah saat syetan terusir dari surga.
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata:"Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
keculi hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka". (QS. 15:41-40)

Ikhlas seakan menjadi benteng pertahananan orang-orang beriman yang tidak akan bisa ditembus oleh syeitan yang setiap saat akan menjerumuskannya. Semoga Allah jadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang ikhlas. Amiin ya rabbal alamin.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube