Wednesday, August 14, 2013



Segala puji bagi Allah yang tidak akan pernah kami mampu melampaui pujian kami terhadap-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. Lantunan takbir dari malam hingga pagi hari ini adalah ungkapan rasa syukur kami atas rasa bahagia yang Engkau limpahkan di hari raya ini. Tidak ada kata yang selalu ingin kami utarakan, selain senantiasa kami berharap ampunan dan ridha dari-Mu.

اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.” 

Sejatinya pada saat ini kita kembali kepada fitrah-kemanusiaan kita. Kita suci, seperti bayi yang baru terlahir kedunia, bergantinya seluruh sel pada tubuh kita dan dihapuskan segala dosa yang pernah kita lakukan dalam setahun setelah satu bulan berpuasa. Inilah modal utama kita dalam memahami kembali asal kejadian kita, semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Inilah modal utama kita dalam berpegang teguh kepada agama yang lurus yang hanya berorientasi kepada kebahagiaan akhirat  dari pada kesenangan dunia yang hanya menipu lagi penuh kepalsuan. Inilah modal utama kita dalam menatap perubahan-menata kembali hidup kita untuk lebih baik dari pada hari kemarin. Oleh karena itulah sejatinya kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah-kemanusiaan kita dan kita patut untuk bahagia pada hari ini.

من العائدين والفائزين

Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah

Dalam salah satu khutbahnya Rasulullah saw menceritakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَقِيَ الْمِنْبَرَ، فَقَالَ: ” آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ “، فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا؟ ! فَقَالَ: ” قَالَ لِي جِبْرِيلُ: أَرْغَمَ اللَّهُ أَنْفَ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ دَخَلَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ.
ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا لَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، فَقُلْتُ: آمِينَ.
ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ، ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ: آمِينَ

dari Abu Hurairah bahwa suatu hari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, “Aamiin, aamiin, aamiin.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu?” Beliau bersabda, “Jibriil berkata kepadaku, “Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang setelah memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya.” Maka aku katakan, “Aamiin.” Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga.” Maka aku katakan, “Aamiin.” Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba ketika namamu disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu.” Maka aku katakan, “Aamiin.”

Dari riwayat tersebut, tergambar ada ada 3 kelompok manusia yang sangat merugi, diantaranya: 1. Orang yang menyianyiakan datangnya bulan Ramadhan, 2. Orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua, 3. Orang yang enggan bershalawat kepada Nabi Saw. Perihal kelompok yang pertama, mungkin ia berpuasa, tapi hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi dia tidak mampu menahan lisannya dalam perkataan kotor, mencela dan mengumpat orang lain, tidak mampu menjaga pandangannya dari yang diharamkan, dan tidak mampu menutup telinganga dari yang tidak patut untuk di dengar. Orang-orang seperti ini tersindir dalam satu sabda Nabi yang lain:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan kantuk.”

Hal tersebut di atas adalah gambaran bagi mereka yang berpuasa tapi lalai dalam puasanya, namun bagaimana bagi mereka yang jelas-jelas tidak berpuasa, makan dan minum disiang hari tanpa ada udzur atau halangan yang dibenarkan syar’i. sungguh ini merupakan pengingkaran yang nyata terhadap agama. Baginya adalah dosa yang besar dan penisbahan terhadap dirinya adalah sama seperti orang yang berzina, meminum-minuman keras, diragukan kislamannya dan digolongkan seperti orang zindiq (atheis) dan murtad, sebagaimana sabda Nabi saw:

قال الذهبي: وعند المؤمنين مقرّر : أن من ترك صوم رمضان بلا مرض, أنه شرّ من الزاني و مدمن الخمر  , بل يشكون في اسلامه ويظنون به الزندقة والانحلال.

Maka amat merugilah orang yang dengan berlalunya bulan Ramadhan ini, akan tetapi tidak ada faedah dan pahala apapun yang dapat ia bawa. Sungguh kita sama-sama berlindung kepada Allah semoga kita tidak termasuk di dalamnya.

Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah

Kelompok yang ke dua yang sangat merugi di akhirat adalah mereka yang durhaka kepada kedua orang tua. Sungguh dengan apapun kita tak akan bisa membalas jasa orang tua,  apapun kondisi mereka, kedua orang tua adalah ujian bagi putra putrinya. mereka adalah keramat bagi kita. Surga ada di bawah telapak kakinya, ridha Allah akan bergantung pada ridha keduanya.

Dan ingatlah kita pada kisah Alqomah serta Abdullah bin Salam, keduanya hidup pada zaman Rasul dan ahli ibadah namun kesulitan yang dihadapinya dalam sakaratul maut karena belum diberi maaf oleh ibunya karena semasa hidup mereka pernah menyakiti ibunya.

Dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda:”tidaklah seseorang mati sedang kedua orang tuanya tidak ridha kepadanya, melainkan Allah mengeluarkan ruhnya tanpa mengucapkan syahadat dan tidaklah  ia keluar dari kuburnya melainkan tertulis di atas wajahnya. Inilah balasan orang yang mendurhakai Allah swt, inilah balasan orang yang mendurhakai ayah dan ibu.
Kelompok yang yang ke tiga yang merugi di akhirat nanti adalah orang yang enggan bershalawat kepada Nabi saw. Bershalawat kepada Nabi adalah bukti kecintaan kita kepada beliau. Kenapa kita mesti mencintai beliau, karena Allah memerintahkan kita untuk metaati dan mencintai beliau, kenapa Allah memerintahkan kita untuk mencintainya, karena pada dirinya ada teladan sebagai pedoman sepanjang hidup kita. Bershalawat kepada beliau sama artinya kita ingin seperti beliau dalam menempuh segala kebenaran dengan satu tujuan yaitu Allah. Salam bagimu wahai kekasih Allah, salam bagimu wahai penghulu semua umat dan segala zaman. Hanya darimu kami mengharap syafaat di hari kami kembali dibangkitkan.   

Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah

Mari kita lengkapi ke-fitrah-an diri ini dengan bersilaturahmi-menyambung tali kasih sayang antar sesama, dengan cara saling mengunjungi terutama kepada kedua orang tua, kemudian saudara, kerabat, tetangga, teman dan sebagainya. Saling memberi salam, saling memberi maaf jika terdapat kesalahan saudara kita, sebagaimana perintah Allah swt:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلاَتُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu ?Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. 24:22)

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Selain saling bertemu, bertatap muka dan saling memaafkan, silaturahmi juga dapat menimbulkan rasa empati kita terhadap beraneka situasi dan kondisi saudara-saudara kita yang kita jumpai. Apabila saudara kita dalam kesulitan, mungkin kita bisa meringankan beban hidupnya, apabila saudara kita sakit, mungkin kita bisa membantu memberikan obat kepadanya, apabila saudara kita awam dan belum mengerti, mungkin kita bisa mengajarinya atau memberikan informasi yang berguna kepadanya. Demikianlah silaturahmi lebih luas harus kita pahami, bukan sekedar berjabat tangan atau berbalas kunjungan, akan tetapi dapat mengembangkan pihak lain, nyata kontribusi kita terhadap kebutuhan orang lain yang memang sedang memerlukan. Karena pada dasarnya, hidup yang kita jalankan sekarang ini hanya menjalankan amanah dan meyampaikannya kepada yang berhak.
ان الله يأمروا ان تؤدوا الامانة الى اهلها  
sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak

Prinsip ini akan kita temukan relevansinya dengan ajaran Sunan Drajat akan rasa pedulinya terhadap masarakat. Empat pokok ajaran sunan drajat. antra lain sebagai berikut ; pertama, paringono taken marang kan kaluyon lan wuta. Kedua paringono pangan marang kang kaliren. ketiga, paringono sandang marang kang kawudan. Keempat, paringono payung kang kodanan. Adapun maksud keempat ajaran tersebut, yakni memberikan tongkat kepada orang buta, memberikan makan kepada yang kelaparan. memberikan pakaian kepada yang telanjang, dan memberikan payung kepada yang kehujanan.

Maka zakat fitrah dan zakat maal diwajibkan dalam agama dan diatur dalam syar’i sebagai wujud amanah kita yang harus kita jalankan. Karena pada harta kita ada hak mereka yang harus kita berikan. Namun disamping pemberian wajib seperti halnya zakat fitrah dan zakat maal, kontribusi kita sangat diharapkan dalam kehidupan.

Halnya dalam semangat memberi, berikut juga teladan dari syekh Abdul Qadir Jaelani: Berkata Syeikh Abdul Qodir Jailani: Dianjurkan sedekah tathawwu di waktu siang dan malam, sedikit atau banyak, terutama di bulan-bulan yang pernuh berkah seperti bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, pada hari raya, hari Asyura, hari-hari ketika terjadi kekeringan dan kesulitan supaya mendapatkan kesehatan dalam tubuh dan harta keluarga dan diganti yang cepat di dunia serta pahala yang banyak di akhirat.

Memberi adalah wujud kasih sayang kita terhadap makhluk Allah, sebagaimana Allah juga sangat pemurah kepada setiap makhluk-Nya. Dengan saling memberi maka kita telah berkontribusi nyata terhadap perputaran roda kehidupan.

Inilah makna kasih sayang antar sesama manusia. Allah akan membalas kasih sayang dengan kasih sayang pula:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاء سنن الترمذي
Mereka yang menyayangi itu akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di bumi maka yang ada di langit akan menyayangimu. (HR. At Tirmidzi).
Dan akhirnya khotib ingin berkesimpulan bahwa kembali kepada fitrah-kemanusiaan kita dalam hal menata kehidupan diri dan sosial kearah yang lebih baik telah menemukan koteksnya pada silaturahmi dan semangat saling memberi.
جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ

 Khutbah I


الله ُ اَكْبَرُ x9  الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْبَرُ. اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْمُؤَمَّلِ لِكَشْفِ الشَّدَائِدِ الْمُتَفَضَّلِ بِتُحْفِ النِّعَمِ وَالْفَوَائِدِ الْمَحْمُوْدِ بِاَجَلّ الْمَحَامِدِ الصَّمَدِ الْمَلِكِ الْوَاحِدِ اَحْمَدُه وَاَسْئَلُهُ مِنْ فَضْلِهِ الْمَزِيْدِ وَاشْكُرُهُ شُكْرًا مَقْرُوْنًا بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّسْبِيْحِ وَالتَّحْمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه الْوَلِيِّ الْحَمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَفْضَلُ الرُّسُلِ وَاَشْرَفُ الْعِيْدِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ الّذِىْ اَخْبَرَ اَنَّ مِيْزَانَ اُمَّتِهِ تَرْجَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِشَهَادَةِ التَّوْحِيْدِ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ صَلاَةً لاَ تَفْنىَ وَلاَ تَبِيْدُ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. امّا بعد : فَاُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَىالله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ قال الله تعالى: قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
Khutbah II 


الله اكبر     الله اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَّالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً. الْحَمْدُللهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ , الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ, الّذِى لاَ تَحْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِي بَدَائِعِ مَمْلِكَتِهِ بِعَيْنِ اْلاِكْتِبَارِ وَاَشْهَدُ ان لاّاِلهَ اِلاّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فيِ دَارِالْقَرَارِ, وَاَشْهَدُ اَنّ سَيْدَنَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ اْلاَخْيَارِ. اما بعد : فياايهاالناس : اِتَّقوااللهَ وَاَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ. اللهم صَلِّى وَسَلِّم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّهم ادْفَعْ عَنَّا الْفَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْجَذْبَ وَالْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالسُّيُوْفَ وَالْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمَصَائِبَ وَالدَّيْنَ وَالْعَرَضَ وِالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هذَا خَاصَةً وَمِنْ جَمِيْعِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ مَعَ الْقُرَى عَامَّةً. اِنَّكَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ يَا نِعْمَ الْمَوْلى وَيَانِعْمَ النَّصِيْرُ, غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلاِخْوَانِنَا الّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنّكَ رَءُوْفٌ الرَّحِيْمُ. امين يارب العالمين.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube